Sebagai negara dengan populasi lanjut usia terbesar ke-5 di dunia, Indonesia memiliki potensi pasar yang besar untuk produk dan pelayanan kesehatan bagi lansia. Untuk itu, inovasi dan riset di bidang geriatri terutama oleh peneliti dalam negeri perlu didorong guna meningkatkan kualitas hidup lansia di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Direktur Pengembangan Bisnis dan Saintifik Dexa Group, Dr. Raymond Tjandrawinata, pada Webinar Kolaborasi Riset Penuaan Sel dalam acara Peresmian Labotorium Gerontologi FKUI, Jumat (25/3/2022).

“Kita perlu peneliti profesional, sehingga mendapatkan obat, prosedur hingga alat kesehatan baru buatan Indonesia. Hari ini Bapak Presiden Jokowi sudah mengatakan mengapa kita banyak impor. Kita impor untuk alat kesehatan dan lainnya, sehingga riset dan inovasi perlu terus kita upayakan.”

Dr Raymond menjelaskan penyebab utama kematian pada kelompok usia secara global, di antaranya penyakit jantung (9,4%), stroke (5,7%), COPD (3%), kanker (1,7%), dan diabetes (1,5%). Menurutnya, peneliti dalam negeri perlu berdedikasi pada penelitian dan pengembangan obat-obatan untuk masalah kesehatan tersebut. Adapun area penelitian Area research yang bisa dilakukan untuk lansia, seperti onkologi, imunologi, antidiabetik, neurologi, dan kardiovaskular.

“Sebagai contoh di Amerika Serikat, rasio kesembuhan kanker meningkat, seperti kanker prostat dari 67% menjadi 98%, tiroid dari 92% menjadi 98%. Ini yang kita harapkan untuk menciptakan riset-riset baru untuk membawa Indonesia menjadi lebih sehat, terutama karena penderita kanker kebanyakan eldery patients. Ini tentunya membutuhkan banyak penelitian dan dedikasi para penelit,” ujar Dr Raymond.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Bapak Dante Saksono Harbuwono menjelaskan saat ini jumlah populasi lansia di Indonesia mencapai 29,3 juta (10,8% dari total populasi). Angka Harapan Hidup (AHH) di Indonesia pun telah meningkat signifikan dalam 60 tahun terakhir dari 46,66 tahun menjadi 71,72 tahun.

Meski begitu, masih ada isu besar yang dialami lansia di Indonesia terutama 52% lansia memilih untuk berobat sendiri jika ada keluhan.

“Inilah masalah yang kita hadapi. Di satu sisi AHH meningkat, tetapi lansia cukup memiliki potensi masalah kesehatan yang besar,” ungkap Bapak Dante.

Pemerintah telah menerbitkan Perpres No. 88 tahun 2021 untuk menjamin peningkatan derajat kesehatan dan kualitas hidup lansia. Indikatornya adalah meningkatnya status gizi dan pola hidup sehat, memperluas pelayanan kesehatan bagi lansia, menurunkan angka kesakitan lansia, dan memperluas cakupan perawatan jangka panjang bagi lansia.

Senada dengan Bapak Dante, Dr Raymond menekankan perlunya meningkatkan pelayanan kesehatan primer dan sekunder terutama untuk perawatan lansia jangka panjang, termasuk manajemenen penyakit degeneratif dan kronik.

“Kita perlu infrastuktur dan investasi di perawatan geriatri. Kemudian biaya perawatan lansia yang relatif masih tinggi, kalau produk-produk dibuat di Indonesia mungkin dapat lebih murah. Digital teknologi juga akan membantu pemerintah dan fasilitas kesehatan untuk penanganan lansia,” kata dia.

Dr Raymond melanjutkan Indonesia mempunyai generasi usia menengah dengan pendapatan tinggi yang berpotensi untuk kemajuan geriatri di masa mendatang.

“Produk yang perlu diprioritaskan meliputi fasilitas kesehatan, nursing home, alat kesehatan, geriatric care. Produk lainnya untuk penelitian di Indonesia yaitu nursing care, fasilitas pengamanan kamar mandi, popok lansia, hingga produk anti-aging,” jelasnya.

Meski begitu, Indonesia mengalami masalah untuk penanganan lansia karena healthcare spending per kapita masih rendah di angka 2,9% dibandingkan Singapura sebesar 4,1% dan Kamboja sebesar 7%. Menurutnya, pemerintah perlu meningkatkan belanja kesehatan untuk meningkatkan kualitas kesehatan di Indonesia.

“Pasien geriatri akan meningkat, dan kita membutuhkan cara yang holistik untuk memastikan mereka memiliki kualitas hidup yang baik. Tidak hanya angka geriatri meningkat, tapi angka harapan hidup juga meningkat. Penggunaan obat juga masih rendah termasuk pasien geriatri. Indonesia pelru tingkatkan healthcare spending pada investasi dan riset terkait geriatri agar kualitas hidup semakin baik di masa depan,” pungkas Dr Raymond.