Kekayaan alam Indonesia, sebagai negara dengan biodiversitas terbesar kedua di dunia yang memiliki lebih dari 28 ribu spesies tumbuhan dan 2.848 tanaman obat, memiliki potensi besar untuk pengembangan obat berbahan herbal dan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) fitofarmaka. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito mengatakan pengembangan obat berbahan alam menjadi prioritas pemerintah di lintas sektor. Untuk itu, industri farmasi nasional didorong untuk mengembangkan bahan baku obat bahan alam untuk mencapai kemandirian nasional.

“Harapan dari semua pimpinan Kementerian/Lembaga adalah agar obat berbahan alam menjadi prioritas. Saat ini impor bahan baku ekstrak bahan alam sebesar 25%, Kalau porsi 25% itu diambil produsen dalam negeri untuk produk dengan mutu yang baik dan sustain itu adalah tujuan kita bersama,” kata Ibu Penny dalam Konvensi Nasional “Kemandirian Nasional dalam Penyediaan Bahan Baku Obat Bahan Alam sebagai Upaya Peningkatan Mutu dan Daya Saing Produk” di Kabupaten Sukoharjo, Surakarta Kamis (04/08/2022).

dexagroup bpom solo 1Menurut Ibu Penny, Indonesia mempunyai potensi besar untuk pengembangan bahan baku obat bahan alam. Penjualan jamu dan obat herbal nasional di Indonesia diperkirakan dapat mencapai Rp23 triliun pada tahun 2025. Selain itu, WHO memprediksi permintaan tanaman obat dapat mencapai nilai USD5 triliun pada tahun 2050. Potensi ini juga membuka peluang bagi industri untuk melakukan ekspor dan menjadi produk andalan di pasar global.

“Sekarang kita fokus pada industri ekstrak bahan alam. Bagaimana BPOM mendampingi industri untuk menjaga ketersediaan atau supply yang berkelanjutan, bermutu dan dalam jumlah yang cukup, dan tentunya untuk mendorong terus agar industri produk berbahan alam terus berkembang dan berdaya saing,” ungkapnya.

Dalam rangkaian kegiatan ini juga diselenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Kemandirian Bahan Baku Obat Bahan Alam untuk mengidentifikasi tantangan dan peluang kemandirian nasional penyediaan bahan baku obat bahan alam. Plt. Kepala Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional BRIN, Dr. Yuli Widiyastuti menyebutkan industri bahan baku obat bahan alam menghadapi tantangan berupa kompleksitas masalah dari hulu ke hilir, mulai dari tidak tersedianya data kebutuhan jumlah dan jenis bahan baku obat bahan alam hingga masalah akses rantai distribusi dan informasi pasar.

“Banyak supplier di simplisia lebih memilih ekspor karena kebutuhan dalam negeri tidak ada. Tantangan lain adalah data kebutuhan tidak ada dan produsen didominasi oleh petani pengumpul bukan penanam, jadi minat petani untuk budidaya tanaman obat masih rendah. Hal ini juga berpengaruh pada aspek mutu,” jelas Dr. Yuli.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, pemerintah di lintas sektor, menyiapkan sejumlah rencana aksi untuk meningkatkan produksi bahan baku obat bahan alam. Di antaranya pendataan jumlah dan jenis kebutuhan, mapping sentra produksi, penguatan kelembagaan petani dan pengumpul simplisia, dan pengembangan platform digital rantai pasok bahan baku obat bahan alam. “Kami juga mendorong riset pengembangan bahan baku obat bahan alam dan source change bahan baku obat bahan alam impor,” tambah Dr. Yuli.

Sementara itu, Kepala Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB, Irmanida Batubara menyebutkan bahwa industri ekstra bahan alam (IEBA) mempunyai peran strategis untuk melakukan kontrol yang berpengaruh terhadap kualitas dan berkomitmen menyediakan bahan baku obat bahan alam yang berkualitas untuk dalam negeri.

“IEBA berperan untuk membuat sediaan dari simplia ke dalam bentuk ekstrak sebagai produk akhir. Untuk itu diperlukan standarisasi bibit tanaman, panen, simplisia, ekstrak hingga formula/produk. Pelaku usaha berperan dalam pembinaan, menjaga fungsi pasar dan menjamin kualitas dan proses,” jelasnya.

Partisipasi Dexa Group di Virtual Expo Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA)

Dexa Group turut mengambil peran dalam rangkaian acara Virtual Expo Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA) yang berlangsung sejak 4 hingga 11 Agustus 2022. Dexa Group menjadi salah satu dari 17 industri ekstrak bahan alam (IEBA) yang berkomitmen mendukung industri obat bahan alam untuk kemandirian nasional.

dexagroup bpom solo 2Presiden Direktur PT Dexa Medica, Bapak V Hery Sutanto menjelaskan dalam acara tersebut, Dexa Group berkomitmen memberikan dukungan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) obat tradisional dalam rangka kemandirian nasional bahan baku obat alam melalui sharing forum.

“Dexa Group mendukung dan mengapresiasi upaya pemerintah dalam mendorong pengembangan industri fitofarmaka, dalam hal ini dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan. Melalui dukungan sharing forum nantinya, kami berharap dapat mendorong UMKM dalam pemenuhan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik sebagai upaya peningkatan mutu dan daya saing obat tradisional,” jelas Pak V. Hery Sutanto.

Melalui sesi sharing forum, Plant Manager PT Dexa Medica Edward Widjojokusumo menyebutkan bahwa Dexa Group, sebagai bagian dari industri ekstrak bahan alam, mengimplementasikan teknologi modern dalam bentuk Bioactive Fraction untuk menghasilkan produk berbahan alam asli Indonesia yang berkualitas tinggi, terstandarisasi, dan berdaya saing.

Selain itu melalui pendirian booth virtual, Dexa Medica mengedukasi para pengunjung mengenai riset dan pengembangan obat berbahan alam asli Indonesia, serta produk-produk Obat Herbal Terstandar dan fitofarmaka hasil riset Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS).

DLBS sebagai divisi riset perusahaan yang fokus pada kegiatan penemuan dan penelitian berbahan alam, menemukan bahan aktif yang asli berasal dari alam Indonesia, baik tumbuhan, hewan, dan mikroba untuk meningkatkan kualitas hidup manusia serta bekerja sama dan melatih petani untuk menghasilkan bahan-bahan alami berkualitas tinggi dan terstandarisasi sebagai bahan baku produk berbahan alam yang dikenal Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).

Foto: Humas BPOM RI