Industri kesehatan lokal merupakan tulang punggung pemberian layanan kesehatan yang menyediakan sistem pendukung kuat untuk kebutuhan negara. Green Pharmacy merupakan konsep yang menjadi ide industri farmasi Indonesia dengan memanfaatkan biodiversitas alam berupa produk Obat Modern Asli Indonesia yang dihasilkan melalui teknologi modern namun memiliki proses produksi yang minim dampaknya terhadap lingkungan.
Usulan ini mengemuka di forum diskusi T20, pada Selasa, 8 Maret 2022. T20 menjadi wadah bagi globalthink-tank dan para ahli untuk menyajikan analisis yang komprehensif terkait diskusi yang sedang berlangsung di G20 dan menghasilkan ide-ide untuk mendukung G20 dalam menghasilkan kebijakan yang konkret dan berkelanjutan. Hasil akhir T20 dipresentasikan kepada G20 working groups, para menteri, dan pemimpin negara sebagai alternatif kebijakan, bukan rekomendasi. Sementara G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara dan satu kawasan ekonomi, Uni Eropa. Di tahun ini, Indonesia menjadi Presidensi G20 sebagai tuan rumah penyelenggaraan G20 yang dimulai dari 1 Desember 2021 hingga KTT G20 di November 2022.
Dalam diskusi tersebut di dikemukakan ide dari industri farmasi dalam pemanfaatan bahan baku alam Indonesia, yang menjadi solusi negara dapat terhindar dari risiko rantai pasokan obat-obatan. Hambatan terhadap rantai pasokan obat-obatan pernah terjadi saat negara pengimpor bahan baku obat menutup kran impor akibat pandemi COVID-19.
“Industri kesehatan lokal merupakan tulang punggung pemberian layanan kesehatan yang menyediakan sistem pendukung kuat untuk kebutuhan negara. Hal ini melibatkan rantai pasokan industri termasuk vendor, pemasok, dan penyedia layanan kesehatan. Dengan dukungan dari industri lokal, kepresidenan G20 Indonesia mempelopori upaya kolektif untuk memastikan akses terhadap vaksin, diagnostik, APD, dan terapi COVID-19, menjadi lebih memadai, cukup, dan terjangkau,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di forum diskusi para Think Tank T20 dengan tema The Indonesian Healthcare Future Forward.
Menurut Budi, perluasan sumber daya dan kapasitas produk kesehatan turut menjadi kunci untuk mendorong penguatan arsitektur kesehatan global.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kunta Wibawa Dasa Nugraha menambahkan, pemerintah Indonesia telah mengambil sejumlah inisiatif untuk memperluas manufaktur global dan pusat pengetahuan. Di antaranya memperluas ketersediaan vaksin, obat dan diagnostik COVID-19 ke pusat produksi di negara pendapatan rendah dan menengah, serta memperkuat jaringan global ilmuwan di bidang virologi, imunologi, epidemiologi, dan bidang lain yang terkait dengan kesehatan masyarakat.
Dalam membangun ketahanan dan kemandirian kesehatan, industri farmasi lokal di Indonesia telah menjalankan sejumlah langkah dan upaya, salah satunya melalui konsep Green Pharmacy. Executive Director Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences PT Dexa Medica Dr. Raymond Tjandrawinata mengemukakan konsep Green Pharmacy sebagai agenda yang perlu didorong bersama.
“Green Pharmacy dapat melindungi suatu negara dari masalah pasokan, masalah lingkungan, hingga masalah akses kesehatan. Hanya ketika kita menyadari dan mewujudkan agenda ini, maka negara dapat menjadi mandiri, memiliki sistem lingkungan dan ekologi yang lebih baik, meningkatkan kesejahteraan petani, hingga meningkatkan kemandirian dalam hal bahan baku aktif (API) yang berasal dari negara kita sendiri,” jelasnya.
Di Indonesia, telah menggunakan banyak Green Sector di sektor publik, tetapi tidak di sektor farmasi. “Kami mendorong diadakannya konsorsium untuk memungkinkan Green Pharmacy untuk masa depan. Menunggu lebih banyak Green Pharmacy yang akan datang, pemerintah perlu memperhatikan masalah ini, rantai pasokan-permintaan global untuk API kami sangat bagus. Ini perlu kita dukung,” ujar Dr. Raymond.
Green Pharmacy sebagai Obat Modern Asli Indonesia, bukan berarti diproses secara tradisional melainkan secara modern dan menggunakan teknologi canggih untuk pengembangannya. Kebijakan pemerintah harus mendorong pengembangan Green Pharmacy dan menempatkan produknya di fasilitas kesehatan seperti di rumah sakit umum dan lain-lain.
“Kami harus mengumpulkan data, uji klinis, untuk memastikan Green Pharmacy sesuai dengan standar internasional dan kategori obat internasional. Ke depan, Green Pharmacy harus menjadi mayoritas obat dalam formularium suatu negara. Ini adalah mimpi kami, tetapi juga dapat dilakukan jika pemerintah dan sektor swasta bekerja bahu membahu untuk mewujudkannya. Karena Green Pharmacy adalah proposal yang sangat bagus untuk banyak negara,” kata Dr. Raymond.
Chief of T20 of Global Health Sector of G20 Prof. Hasbullah Thabrany mengatakan pemerintah dan para pemangku kepentingan perlu mendukung pengembangan industri kesehatan nasional. Pendanaan di negara-negara berkembang untuk sektor kesehatan lebih rendah dibanding negara maju. Dalam dua dekade terakhir, semakin banyak negara berkembang yang mengejar ketinggalannya dengan meningkatkan pembelanjaan mereka untuk kesehatan, seperti Korea Selatan, Indonesia, dan Arab Saudi.
“Mungkin Green Pharmacy juga jadi salah satu upaya untuk itu. Mengembangkan obat baru dari tanaman akan membantu mengurangi perubahan iklim dan menciptakan dunia hijau. Banyak fitofarmaka dikembangkan di negara tropis. India memiliki banyak pengalaman menggunakan obat herbal, untuk memberi manfaat bagi orang-orang di seluruh dunia,” ujar Prof. Hasbullah.