Kementerian Riset dan Teknologi RI memberikan apresiasi kepada Dexa Group melalui PT Dexa Medica sebagai industri yang berkontribusi dalam kegiatan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan produk farmasi yang memiliki keunggulan daya saing dan inovasi. Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) / Kepala Badan Riset dan Inovasi (BRIN) Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro Lembaga mengemukakan bahwa penelitian dan pengembangan Indonesia didorong untuk menjadi bertaraf internasional, inovatif, dan berdaya saing.

“Untuk mempercepat pencapaian outcome dengan mengandalkan pada kemampuan inovasi yang menggambarkan keunikan potensi Indonesia, kita ingin melahirkan suatu produk inovatif di tingkat global, salah satunya produk inovatif yang bahan baku atau bahan dasarnya adalah unik di Indonesia seperti berasal flora atau fauna yang memanfaatkan keanekaragaman sumber daya biodiversitas kita,” tutur Prof. Bambang dalam arahannya di acara Apresiasi Lembaga Litbang, di Kantor Kemenristek/BRIN, Jakarta.

Penghargaan Innovative Industrial Research and Development Institution (IIRDI) Award 2019 diberikan oleh Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset dan Teknologi RI Ismunandar kepada Executive Director Dexa Laboratories Biomolecular Sciences PT Dexa Medica Dr. Raymond Tjandrawinata.

Keberhasilan Dexa Medica meraih IIRDI Award 2019 karena dinilai konsisten melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan, memanfaatkan dan mengembangkan hasil-hasil litbang dari lembaga litbang/perguruan tinggi, dan menghasilkan produk-produk inovatif melalui kegiatan litbang. Penghargaan IIRDI ini adalah yang kedua bagi Dexa Group setelah sebelumnya pada 2018 menerima penghargaan yang sama melalui DLBS PT Dexa Medica.

Menurut Dr. Raymond, salah satu peran Dexa Medica sebagai industri farmasi melalui lembaga litbang DLBS adalah mendukung upaya pemerintah untuk mewujudkan kemandirian bahan baku obat-obatan. Hal ini mengingat 95 persen bahan baku obat masih diimpor dari India, Tiongkok, dan kawasan Eropa.

DLBS sebagai organisasi riset bahan alam hingga saat ini telah meneliti dan memproduksi bahan baku aktif obat herbal. Upaya ini sebagai langkah mendorong kemandirian bahan baku obat nasional sekaligus memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia karena memberdayakan para petani hingga ke distributor.

“Dengan upaya ini, DLBS yang sejak belasan tahun mendorong penggunaan obat produk dari hasil litbang dalam negeri yang inovatif dan memiliki kualitas yang unggul, sehingga dapat memperkuat daya saing produk farmasi Indonesia, dan khususnya mengurangi ekspor bahan baku obat,” ujarnya.

Bersama ratusan saintis, DLBS PT Dexa Medica telah menghasilkan produk-produk di antaranya obat diabetes Fitofarmaka yang telah diekspor ke Kamboja dan negara ASEAN lainnya yakni Inlacin, Disolf untuk memperlancar peredaran darah, Redacid untuk gangguan lambung, rangkaian Herba Family seperti HerbaKOF untuk obat batuk, HerbaCOLD untuk Flu, HerbaPAIN untuk sakit kepala dan nyeri otot, dan HerbaVOMITZ untuk gangguan lambung.

Saat ini, kegiatan litbang di Dexa Medica sudah diakreditasi secara independen oleh auditor KNAPPP (Kemenristek BRIN) dan AAALAC (Association for Assessment and Acreditation of Laboratory Animal Care International).

Dalam kesempatan tersebut, Dr. Raymond juga menyampaikan rasa syukur sekaligus terima kasih kepada Kementerian Riset dan Teknologi atas apresiasi yang diberikan. Penghargaan yang diberikan merupakan bentuk apresiasi pemerintah untuk kegiatan penelitian dan pengembangan para saintis di Dexa Medica.

“Dengan apresiasi ini kami berharap akan menjadi lebih bersemangat lagi melakukan kegiatan litbang dalam menghasilkan produk farmasi yang inovatif dan berkualitas tinggi sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas, bangsa, dan negara,” kata Dr. Raymond.
Dr. Raymond menambahkan, terpilihnya Dexa Medica mendapatkan IIRDI Award 2019 ini karena dedikasi kepada riset dan pengembangan produk sampai hilirisasi, perolehan paten, kekayaan intelektualnya sampai ke komersialisasi produk, yang tidak hanya di Indonesia tapi hingga mancanegara.

Sedikitnya 50 produk inovasi dan publikasi ilmiah yang telah dilakukan Dexa Medica terkait kegiatan litbang selama empat tahun terakhir. Produk inovasi ini di antaranya terkait dengan ekstrak bahan alam diabetes, gangguan lambung, anti mual dan kembung, serta ekstrak bahan alam untuk batuk dan flu. Selain itu, sekitar 42 hak paten terkait produk riset yang telah didaftarkan di sejumlah negara yakni Indonesia, Amerika, Eropa, Australia, Korea Selatan, dan Jepang.

Plt. Dirjen Kelembagaan Iptekdikti Kemenristek/BRIN Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M.Eng.Sc menambahkan, penghargaan IIRDI diberikan kepada badan usaha atau industri yang memiliki unit kerja penelitian dan pengembangan serta menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara konsisten dan berkesinambungan. Hasil riset itu kemudian dimanfaatkan untuk pengembangan produk-produk inovatif dan berdaya saing.

“Melalui kegiatan ini, Kemenristek mendorong peran serta dunia usaha dan industri untuk berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan, baik yang dilakukan sendiri atau bekerjasama dengan institusi litbang lainnya dalam menghasilkan produk inovatif. Kegiatan litbang yang dimaksud adalah kegiatan litbang yang dilakukan di Indonesia untuk menghasilkan inovasi, penguasaan teknologi baru, dan atau alih teknologi bagi pengembangan industri untuk peningkatan daya saing nasional,” tutur Prof. Bambang dalam sambutannya saat menyerahkan penghargaan IIRDI 2019.

Sejumlah penghargaan telah diterima oleh DLBS di antaranya Penghargaan Karya Anak Bangsa dari Kementerian Kesehatan pada 2016, Penghargaan WIPO Awards yang diberikan kepada Dr Raymond Tjandrawinata pada 2018 sebagai bentuk apresiasi kepada kreator, inventor, inovator dan penggiat kekayaan intelektual yang diberikan oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla.

Pada tahun yang sama di 2018, Dr. Raymond juga menerima apresiasi SINTA Awards dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi atas kinerja baik dalam publikasi, sitasi, dan jurnal. Penghargaan Farmakovigilans kategori Perusahaan Modal Dalam Negeri (PMDN) dari BPOM RI juga diterima pada 2018. Yang terakhir pada November 2019 lalu melalui produk hasil riset DLBS, yakni salah satu produk obat modern asli Indonesia (OMAI) berbahan alam, HerbaKOF meraih Halal Award 2019 dari Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).